Total Tayangan Halaman

Sabtu, 25 Juni 2011

Al-Jinas dalam kitab al-mawaidz

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hadis merupakan segala tutur kata, perbuatan dan Taqrir Nabi Muhammad Saw (Ahmad dan Mudzakir 2004:12). Beliau tidaklah berbicara menurut hawa nafsunya, melainkan setiap tutur katanya adalah wahyu Allah yang diwahyukan kepadanya. Allah SWT berfirman di dalam Al-Qur’an surat An-Najm ayat 3-4 yang berbunyi:

وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَى ﴿٣﴾ إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى ﴿٤﴾

Artinya: “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya, ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)

Hadis menjelaskan dan merinci isi Al-Qur’an yang global serta hadis merupakan sumber hukum islam yang kedua, hadis mengandung banyak nasihat sebagai i’tibar dan bekal dimasa yang akan datang, yang akan dibahas disini hanyalah nasihat hadis qudsi. Sedangkan perbedaan antara hadis nabawi dan hadis qudsi adalah dari segi penisbatan yaitu, hadis nabawi dinisbatkan kepada Rasul SAW, dan diriwayatkan dari beliau sehingga dinamakan hadis nabawi. Adapun hadis qudsi dinisbatkan kepada Allah, sedangkan Rasul SAW menceritakan dan meriwayatkan dari Allah SWT (Agus solahudin dan Agus Suyadi 2009:28).

1

Hadis tidak terlepas dari keindahan-keindahan lafa seperti halnya Al-Qur’an dan karya sastra lainnya. Maka, Kitab al-Mawāiẓ fil ahāditsi al-Qudsiyyah merupakan salah satu objek yang dapat dikaji dari segi lafaẓnya karena teks hadis mempunyai nilai estetik yang tinggi.

Untuk dapat Mengetahui dan memahami nilai-nilai keindahan yang terkandung dalam Mawāiẓ pada hadis tersebut, dibutuhkan sebuah ilmu khusus. Dalam kesusastraan Arab, ilmu yang membahas tentang keindahan lafaẓ pada karya sastra dikenal dengan ilmu balaghah, Sebagai ilmu, balaghah selain menjadi ”pisau analisis” untuk menggali berbagai teks keagamaan berbahasa arab, seperti Al Qur’an, hadis atau teks sastra arab, juga dapat membimbing seseorang menjadi cerdas berbahasa dalam pergaulan sehari-hari (Wahyudin , 2007: 2). Mawaiẓ dalam hadis merupakan natsr, tidak berupa syair atau pantun tetapi di dalamnya terdapat keindahan-keindahan lafaẓ. Untuk mengetahui betapa indahnya lafaẓ mawaiẓ tersebut maka penulis mengkaji lafaẓnya menggunakan gaya bahasa al-jinās.

Al-Jinās adalah gaya bahasa yang memadukan keserupaan bunyi dari dua kata yang maknanya berbeda (Wahyudin 2007:11), karena gaya bahasa al-jinās ini dapat meningkatkan keindahan uslub, serta mempercantik ritmenya, selain itu juga al-Jinās memberikan kekuatan dan pengaruh dalam jiwa manusia. Namun yang perlu di ketahui, bahwa kelebihan tersebut baru akan terwujud apabila gaya bahasa jinās terjadi secara alami dan tidak di buat-buat. Seperti halnya Contoh al-Jinās dalam nasihat ke 3:

يقول الله تعالى : ( يابنَ اَدَم! اقْنَع تَسْتَغنَ، وَاترُك الحسد تَستَرِح، وَاجتَنِبْ الحَرَمَ تَخْلِص دِينَكَ، ومن تَرَكَ الغِيبَة ظَهَرَتْ لَهُ مَحَبَّتِى ، وَمَن اِعْتَزَلَ النَّاسَ سَلِمَ مِنْهُمْ ، وَمَن قل كَلاَمَهُ كَمُلَ عَقلُهُ، وَمَن رَضى بِالْقَلِيلِ فَقَد وَثَقَ بِاللهِ تعالى . يَابنَ ادم ! أَنتَ بِمَا تَعلَمُ لَا تَعمَلُ ، فَكَيْفَ تَطْلُبُ عِلمَ مَالَا تَعلَم ؟ يَابنَ ادم ! تَعمَلُ فِى الدُّنْيَا كَأَنَّكَ لَاتَمُوتُ غَدًا، وَتَجْمَعُ المَالَ كأنمَا مُخَلِّدًا أَبَدًا . يَادُنيَا اَحرِمِى الحَرِيصَ عَلَيكَ ، وَابتَغِى الزَّاهِدَ فِيكَ، وَكُونىِ حُلُوَةً فِى عَينِ النَّاظِرينَ.

“Allah SWT berfirman: Hai anak adam! merasa cukuplah maka kamu akan merasa kaya, tinggalkanlah hasud maka maka kamu akan tenang, jauhilah perkara haram maka akan selamat agamaku, barang siapa yang meninggalkan ghibah maka tempat baginya kecintaan bagiku, barang siapa yang tidak tergantung pada manusia maka akan selamat dari mereka, barang siapa yang sedikit perkataannya maka sempurnalah akalnya, barang siapa yang ridho dengan perkara sedikit maka ia telah teguh kepada Allah. Hai anak adam! kamu mempunyai ilmu tapi tidak beramal maka bagaimana kamu bisa mencari ilmu yang kamu belum mengetahuinya? Hai anak adam! kamu bekerja di dunia seolah kamu tidak akan mati besok kamu akan mengumpulkan harta seolah kamu akan kekal selamanya, hai manusia! menjauhlah dari orang yang rakus, carilah orang yang zuhud darimu, jadilah kamu kenikmatan dari orang-orang yang mempunyai akal”.

Dalam al-Jinās pada Mauiẓah ke 3 ini terdapat beberapa lafaẓ yang mengandung al-jinās gair at-tām dan al-jinās at-tām. Diantaranya adalah al-Jinās al-Mushahaf, al-Jinās Qalb Ba’di dan Al-Jinās al-Mutalaqiyani fil Isytiqāq, sedangkan al-jinās at-tāmnya yaitu al-jinās al-mumatsil. untuk lebih jelasnya akan penulis uraikan sebagai berikut:

Pada nasihat diatas terdapat kata yang serupa dalam susunan huruf serta syakalnya, tetapi berbeda dalam huruf-hurufnya, yaitu kata تَعمَلُ (taʽmalu) yang artinya “beramal” dan kata تَجْمَعُ (tajmaʽu) yang artinya “mengumpulkan”, dinamakan Al-Jinās Mushahaf.

Kata تعلم (‘ta’lamu) berilmu’ dan Kata تعمل (ta’malu) ‘beramal kedua lafaẓ tersebut mirip dalam pengucapan akan tetapi berbeda dalam sebagian susunan hurufnya, maka dinamakan al-Jinās Qalb ba’di.

Kata علم (‘ilma) dan kata تعلم (ta’lamu) kata yang pertama bentuk dari mashdar yang artinya ‘ilmu’ dan kata yang kedua fi’il muari’ bermakna ‘mengetahui, kedua kata tersebut berasal dari kata dasar yang sama yaitu علم(‘alima), maka dinamakan al-Jinās al-Mutalaqiyāni fil Isytiqāq.

Pada ayat diatas ditemukan kata الدُّنْيَا (ad-dunyā) ”Dunia” di dalamnya terdapat ال (al-ta’rif) sedangkan kata دُنيَا (dunyā) Manusia” tidak terdapat ال (al-ta’rif), kedua kata yang serupa tersebut terbuat dari kalimat isim (nomina), maka dinamakan Al-jinās at-tām Mumatsil.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, gaya bahasa al-jinās hanya bermuara pada keharmonisan artikulasi bunyi semata (kesamaan bunyi akhir), tanpa disertai kesamaan makna.

Berangkat dari sanalah penulis memilih Kitab Al-Mawāiẓ fil ahāditsi al-Qudsiyyah karya Abi Hamid Muhammad bin muhammad bin Muhammad Al-Ghazali dalam penelitian ini, karena keindahan lafaẓ yang terdapat dalam mawāiẓ tersebut, serta keahlian nabi Muhammad untuk meriwayatkan kalam Allah dalam hadis qudsi, walaupun beliau bukan seorang penyair seperti halnya sahabat Ali bin Abi Thalib. Untuk itu keindahan lafaẓ mawāiẓ dalam hadis qudsi, terutama dari segi al-jinās ini perlu diteliti dan dianalisis, serta diungkapkan dalam Skripsi dengan judul AL-JINĀS DALAM KITAB AL-MAWĀIẒ FIL AHĀDITSI AL-QUDSIYYAH KARYA ABI HAMID MUHAMMAD BIN MUHAMMAD BIN MUHAMMAD AL-GHAZALI”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka masalah yang dapat diidentifikasikan penulis yaitu:

1. Berapa jumlah nasihat yang mengandung al-Jinās dalam Kitab al-Mawāiẓ fil ahāditsi al-Qudsiyyah karya Abi Hamid Muhammad bin muhammad bin Muhammad Al-Ghazali?

2. Berapa macam kata yang termasuk al-Jinās dalam Kitab al-Mawāiẓ fil ahāditsi al-Qudsiyyah karya Abi Hamid Muhammad bin muhammad bin Muhammad Al-Ghazali?

3. Berapa macam bentuk al-Jinās yang terdapat dalam Kitab al-Mawāiẓ fil ahāditsi al-Qudsiyyah karya Abi Hamid Muhammad bin muhammad bin Muhammad Al-Ghazali?

4. Bagaimana kriteria keindahan al-Jinās yang terdapat dalam Kitab al-Mawāiẓ fil ahāditsi al-Qudsiyyah karya Abi Hamid Muhammad bin muhammad bin Muhammad Al-Ghazali?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah tersebut, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai penulis, yaitu mendeskripsikan dan mengungkapkan:

1. Mengungkapkan dan mendeskripsikan jumlah nasihat yang mengandung al-Jinās dalam Kitab al-Mawāiẓ fil ahāditsi al-Qudsiyyah karya Abi Hamid Muhammad bin muhammad bin Muhammad Al-Ghazali.

2. Mengetahui macam-macam kata yang termasuk al-Jinās dalam Kitab al-Mawāiẓ fil ahāditsi al- Qudsiyyah karya Abi Hamid Muhammad bin muhammad bin Muhammad Al-Ghazali.

3. Menjelaskan macam-macam bentuk al-Jinās yang terdapat dalam Kitab al-Mawāiẓ fil ahāditsi al-Qudsiyyah karya Abi Hamid Muhammad bin muhammad bin Muhammad Al-Ghazali.

4. Untuk mengetahui keindahan al-Jinās yang terdapat dalam Kitab al-Mawāiẓ fil ahāditsi al-Qudsiyyah karya Abi Hamid Muhammad bin muhammad bin Muhammad Al-Ghazali.

1.4 Kegunaan penelitian

Hasil penelitian ini penulis mengharapkan adanya kegunaan baik secara teoritis maupun praktis, khususnya bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca pada umumnya. Berikut kegunaan teoritis dan kegunaan praktis, antara lain:

1. Kegunaan Teoritis, yaitu:

a. Menambah wawasan keilmuan di bidang bahasa dan sastra khususnya mengenai ilmu balaghah.

b. Memahami isi mawaiẓ yang terkandung dalam kitab al-Mawāiẓ fil ahāditsi al-Qudsiyyah.

2. Kegunaan Praktis, yaitu:

a. Menambah pembendaharaan kesusasteraan bagi masyarakat peminat bahasa dan sastra.

b. Untuk meningkatkan kemampuan apresiasi gaya bahasa ( Dalam hal ini tentang al-Jinās ) yang terkandung di dalam Mawāiẓ yang terdapat dalam Kitab al-Mawāiẓ fil ahaditsi al-Qudsiyyah karya Abi Hamid Muhammad bin muhammad bin Muhammad Al-Ghazali.

1.5 Kerangka Pemikiran

Sebagaimana kita ketahui bahwa Hadis qudsi merupakan sebuah karya yang dihasilkan oleh Nabi Muhammad SAW. Struktur kalimat, diksi, dan aspek kebahasaan lainya merupakan bagian dari mukzijat yang diberikan oleh Allah. Hadis qudsi adalah kitab yang telah lama ada, sehingga jika dikaji lebih dalam akan didapatkan sesuatu yang baru dan istimewa dari sana.

Sebagai salah satu karya sastra, Kitab al-Mawāiẓ fil ahāditsi al-Qudsiyyah karya Abi Hamid Muhammad bin muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, berisi nasihat dalam hadis qudsi yang mengandung keindahan dalam struktur kalimatnya, dimana hampir setiap nasihat mengandung al-jinās, sehingga menimbulkan keharmonisan artikulasi dari rangkaian lafa-lafanya yang merupakan gambaran keistimewaan dari keahlian nabi Muhammad meriwayatkan kalam Allah.

Untuk menganalisis mawaiẓ dalam hadis yang terdapat pada kitab tersebut, penulis menggunakan kajian ilmu Badi’ yaitu al-Jinās. Al-Jinās adalah kesesuaian dua lafaẓ yang sama dalam pengucapannya, akan tetapi mempunyai makna yang berbeda. Karena dalam Kitab al- Mawāiẓ ini selain memiliki keindahan lafaẓ, merupakan hadis yang suci turun langsung dari Allah, dan juga banyak terdapat bentuk al-Jinās, yang memunculkan kesamaan artikulasi, sehingga membuat lafaẓnya menjadi indah dan menarik untuk disimak

Untuk membahas Kitab Mawaiẓ fil ahaditsi al-Qudsiyyah ini dengan meneliti struktur kata secara al-Jinās, penulis menggunakan teori Ali Al-Jarim dan Musthafa Amin yaitu “al-Jinās adalah kemiripan pengungkapan dua lafaẓ yang berbeda artinya (1994:265), teori Imam Akhdlori yaitu “Al-Jinās ialah sempurna serta sama huruf dan susunannya (1982:226), teori Sayyid Ahmad al-Hasyimi yaitu “Jinās adalah kemiripan pegungkapan dua lafaẓ dan perbedaan keduanya dalam arti” ( 1994:343), teori Muhammad Ali bin Husain yaitu “Al-Jinās adalah miripnya dua lafaẓ dalam pengucapan tidak dalam makna” (tt:110).

Sementara untuk mengetahui Penjelasan hadis, penulis menggunakan Teori Muhammad Ahmad dan Mudzakir yaitu “Hadis adalah Segala ucapan, segala perbutan, dan segala keadaan atau perilaku Nabi SAW” (2004:12), teori Agus Solahudin dan Agus Suyadi yaitu “Hadis adalah Segala sesuatu yang diberitakan dari Nabi SAW, baik berupa sabda, perbuatan taqrir, sifat-sifat maupun hal ihwal Nabi” (2009:15), “Hadis qudsi adalah sesuatu yang diberitakan Allah SWT, kepada Nabi Muhammad dengan ilham atau mimpi, kemudian Nabi SAW menyampaikan berita itu dengan ungkapan-ungkapan sendiri” (2009:25) dan teori Fatchur Rahman yaitu “Hadis Ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan dan sebagainya” (1987:6).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba menyajikan bagaimana pengertian Al-jinās di kalangan para ahli bahasa serta menunjukkan letak penggunaan bentuk al-jinās dalam kitab al-mawaiẓ fil ahāditsi al-qudsiyyah. Hal ini dimaksudkan untuk membantu memahami dan pesan-pesan ilahiyah yang diriwayatkan Nabi Muhammad SAW, ingin disampaikan dalam mawaiẓ hadis qudsi.

1.6 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah Metode deskriptif analitik. Metode Deskriptif Analitik adalah suatu metode yang digunakan untuk menemukan dan mengungkapkan permasalahan sistematis, dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2004:53).

Adapun langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian adalah melalui tahap pengumpulan data, analisis data dan pemaparan hasil analisis data:
Pengumpulan data dilakukan dengan memanfaatkan metode simak beserta teknik dasarnya, yaitu teknik sadap. Teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik catat. Data diambil dari objek matrial.

Tahap berikutnya adalah analisis data. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu metode yang bertujuan membuat deskripsi, maksudnya membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data-data, sifat-sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti (Djajasudarma, 1993: 8).

1.7 Sumber Data

1.7.1 Data Primer

Sumber data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebuah kitab yang berbentuk bahasa arab yang berjudul “Kitab al- Mawāiẓ fil ahāditsi al-Qudsiyyah” yang dikarang oleh Abi Hamid bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali yang berisi 38 mawaiẓ (nasihat), Kitab ini diterbitkan tahun 2002 M dan berisi 31 halaman, terbitan Hidayatu Thalab, Kediri. Kemudian untuk melakukan analisis dalam kitab ini penulis juga menggunakan sumber lain yaitu :

1.7.2 Data Sekunder

a. Terjemahan Jauhar Maknun karangan Imam al-Akhdhori yang berisi 266 halaman terbitan dari Al-Hidayah Surabaya.

b. Terjemahan al-Balaghatul waadhihah karangan Ali al-Jarim dan Mustafa Amin yang dicetak pada tahun 2006. terjemahan ini berisi 430 halaman yang diterbitkan oleh percetakan Sinar baru Al-gensindo bandung

c. Kitab Jawahirul Balaghah karangan Sayid Ahmad al-hasyimi yang diterbitakan pada tahun 1994 oleh percetakan daar al-fikri Libanon. Kitab ini berisi 370 halaman.

1 komentar:

  1. Mbak, boleh minta nomor whatsappnya untuk bertanya tentang penelitiannya. Trmkah

    BalasHapus